Monday, April 27, 2015

Kepemimpinan

Pengertian Kepemimpinan
 
Menurut Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karenapemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Tipe- Tipe Kepemimpinan
1) Tipe Pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:

 - Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
 - Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
 - Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata.
  -Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat.

 
2) Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:

Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya.
-  Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya.
-  Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan.
-  Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan.
-  Sukar menerima kritikkan dari bawahan.

3) Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).


sumber : http://kikirizki28.blogspot.com/2015/04/kepemimpinan.html 

berikut ini adalah biografi singkat tokoh pendidikan dunia dan indonesia yaitu John locke dan Ki hajar dewantara


John Locke

Foto John Locke Oleh Unik SegiEmpat
 John Locke pun ternyata juga dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh lainnya dalam bidang pendidikan dunia. John Lock mendapatkan gelar sarjana mudanya pada tahun 1656 dari Universitas Oxford. Setelah mendapatkan gelar sarjana muda, ia kemudian mendapatkan gelar sarjana penuh dua tahun kemudian. Kala itu, John Locke yang masih remaja diketahui begitu tertarik dengan ilmu pengetahuan. Ketertarikannya tersebut membuatnya terpilih menjadi salah satu anggota Royal Society pada usia yang menginjak 36 tahun. John Locke lebih menyoroti masalah kurikulum dalam pendidikan. Menurutnya, kurikulum yang diterapkan dalam sistem pendidikan harus diarahkan dengan baik untuk mendapatkan kecerdasan individual, kemampuan, serta keistimewaan anak-anak agar mereka dapat mengusasai dan memahami pengetahuan dalam arti yang sebenarnya, bukan hanya untuk memenuhi kewajiba mengajar saja.

Ki Hajar Dewantara

Biografi Pahlawan Pendidikan Ki Hajar Dewantara
            Memiliki nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat. Beliau berasal dan keluarga keturunan Keraton Yogyakarta. Beliau mengganti namanya tanpa gelar bangsawan agar dapat lebih dekat dengan rakyat. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, beliau belajar di STOVIA, tetapi tidak menamatkannya karena sakit. BeIiau kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, antara lain De Express, Utusan Hindia,dan Kaum Muda. Sebagai penulis yang handal, tulisannya mampu membangkitkan semangat antikolonialisme rakyat Indonesia. Ki Hajar Dewantara juga aktif di bidang politik dengan bergabung ke dalam Budi Utomo, lalu mendirikan Indische Partij sebagai partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia pada tanggai 25 Desember 1912 bersama kedua rekannya, Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo . Ki Hajar Dewantara juga ikut membidani terbentuknya Komite Bumiputra di tahun 1913 sebagai bentuk protes terhadap rencana Belanda memeringati kemerdekaannyaa dan Perancis. Beliau kemudian membuat sebuah tulisan pedas di harian De Express yang berjudui “Als lk een Nederlander” (Seandainya Aku Seorang Belanda). Melalui tulisan ini, beliau menyindir Belanda yang hendak merayakan 100 tahun kemerdekaannyaa dan Perancis di negeri jajahan dengan menggunakan uang rakyat indonesia.